pengertian budaya organisasi dan perusahaan, hubungan budaya dan etika, kendala alam mewujudkan kinerja bisnis etis
Budaya organisasi :
Pengertian Etika Berdasarkan Bahasa
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata
ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama
Filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar,
salah,
baik,
buruk, dan
tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama:
meta-etika (studi konsep etika),
etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan
etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika) (
id.wikipedia.org).
Etika bisnis memiliki padanan kata yang bervariasi, yaitu (Bertens, 2000):
- Bahasa Belanda>bedrijfsethiek (etika perusahaan).
- Bahasa Jerman>Unternehmensethik (etika usaha).
- Bahasa Inggris>corporate ethics (etika korporasi).
Analisis Arti Etika
Untuk menganalisis arti-arti etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens, 2000):
- Etika sebagai Praktis
- Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
- Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
- Etika sebagai Refleksi
- Pemikiran moral, berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
- Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai objeknya.
- Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
- Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
Perkembangan Etika Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
- Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf
Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia
bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
- Masa Peralihan: tahun 1960-an
ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat
(AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap
establishment (kemapanan).
Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen,
yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama
Business and Society. Topik yang paling sering dibahas adalah
corporate social responsibility.
- Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis
di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan
tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
- Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang
kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi
dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut
European Business Ethics Network (EBEN).
- Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan
International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
- Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez,
2005).
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
- Pengendalian diri
- Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
- Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
- Menciptakan persaingan yang sehat
- Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
- Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
- Mampu menyatakan yang benar itu benar
- Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
- Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
- Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
- Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Konsep Etika Bisnis
Konsep etika bisnis tercermin pada corporate culture (budaya
perusahaan). Menurut Kotler (1997) budaya perusahaan merupakan karakter
suatu perusahaan yang mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma
bersama yang dianut oleh jajaran perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari
cara karyawannya berpakaian, berbicara, melayani tamu dan pengaturan
kantor.
Suatu perusahaan akan memiliki hak hidup apabila perusahaan tersebut
memiliki pasar, dan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan menyenangi
pekerjaannya. Agar perusahaan tersebut mampu melangsungkan hidupnya, ia
dihadapkan pada masalah:
- intern, misalnya masalah perburuhan
- Ekstern, misalnya konsumen dan persaingan
- Lingkungan, misalnya gangguan keamanan
Pada dasarnya ada 3 hal yang dapat membantu perusahaan mengatasi masalah di atas yaitu:
- Perusahaan tersebut harus dapat menemukan sesuatu yang baru.
- Mampu menemukan yang terbaik dan berbeda
- Tidak lebih jelek dari yang lain
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu memiliki nilai-nilai yang tercermin pada:
Pada budaya organisasi terdapat unsur
- Memecahkan masalah baik internal maupun eksternal organisasi
- Budaya tersebut dapat ditafsirkan secara mendalam
- Mempunyai persepsi yang sama
- Pemikiran yang sama
- Perasaan yang sama
- Fungsi dan Manfaat Budaya Perusahaan
- Fungsi
menentukan maksud dan tujuan organisasi dengan fungsi tersebut organisasi akan mengikat anggotanya.
- Manfaat
- mampu memecahkan masalah intern
- mampu memecahkan masalah ekstern
- mampu memiliki daya saing
- mampu hidup jangka panjang
Kunci Membangun Budaya Perusahaan
- Memahami proses terbentuknya budaya perusahaan
- Alamiah
- Konseptual
sumber budaya perusahaan adalah
- karakteristik pemimpin
- jenis pekerjaan
- cara memecahkan masalah
- Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi budaya perusahaan.
- Nilai
- Ideologi
- Norma
III. Langkah-langkah membangun budaya perusahaan:
- menemukan masalah dalam organisasi
- menemukan opini yang berkembang
- menganalisis opini dari:
– lingkup
– pemunculan
– kompetensi
– mutu
– kadar
- Menentukan strategi
- Membuat program
- Merumuskan pesan yang dapat mengubah
– opini negatif menjadi positif
– opini positif menjadi lebih positif
- menciptakan opini baru yang positif tercermin pada:
(1) individul image
(2) unit image
(3)coorporate
- Budaya perusahaan dapat dibagi menjadi:
- Pertama : Produk
- Kedua : Organisasi
– Perhatian pada karyawan (suasana, keejahteraan)
– Perhatian pada tata kerja
– Menyangkut pada sistem dan prosedur aturan-aturan kerja
– Perhatian pada sarana/peralatan
- Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan
Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang
salah dan kewajiban diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan,
ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral yang nyata? Ada dua
pandangan yang muncul atas masalah ini :
- Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat
bahwa, karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk
mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki
tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat
mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka
dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam
pengertian yang sama yang dilakukan manusia.
- Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang
berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa organisasi bisnis
secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral
atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi
bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta
mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas.
Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi
bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral
daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara
moral.
- Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya
Relativisme etis adalah teori bahwa karena masyarakat yang berbeda
memiliki keyakinan etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar
atau salah, tergantung kepada pandangan masyarakat itu. Dengan kata
lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada standar etis
yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus diterapkan
terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Dalam penalaran
moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku
dalam masyarakat manapun dimana dia berada. Pandangan lain dari kritikus
relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral tertentu
yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu
akan terus berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara
efektif. Relativisme etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang
berbeda memiliki keyakinan moral yang berbeda, dan kita hendaknya tidak
secara sederhana mengabaikan keyakinan moral kebudayaan lain ketika
mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.
- Jenis-jenis masalah yang dihadapi dalam Etika
- Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan
etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem
sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.
- Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis adalah
pertanyaan-pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu.
Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas,
kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual
sebagai keseluruhan.
- Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang
muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk
pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter
individual.
F. Ciri-ciri Bisnis yang Beretika
Ciri Bisnis yang BeretikaCiri-Ciri Bisnis yang beretika yaitu:
- Tidak merugikan siapapun
- Tidak menyalahi aturan-aturan dan norma yang ada
- Tidak melanggar hukum
- Tidak menjelek-jelekan saingan bisnis
- Mempunyai surat izin usaha
Pengertian etika berbeda dengan etiket. Etiket berasal dari bahasa Prancis
etiquette yang
berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama menusia. Sementara
itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti falsafah moral dan
merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan
agama.
Etika merupakan filsafat / pemikiran kritis dan rasional mengenal
nilai dan norma moral yg menentukan dan terwujud dalam sikap dan pada
perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai
kelompok.(sebuah ilmu : pengejawantahan secara kritis ajaran moral yang
dipakai).
- Mengapa Etika Bisnis Diperlukan ?
- Para Pelaku Bisnis dituntut Profesional
- Persaingan semakin tinggi
- Kepuasan konsumen faktor utama
- Perusahaan dapat dipercaya dalam jangka panjang
- Mencegah jangan sampai dikenakan sanksi-sanksi pemerintah pada akhirnya mengambil keputusan.
- Sikap Bisnis Ditunjukan Dalam Hal
-Intergrity : Bertindak jujur & benar
-Manner : Tidak Egois
-Personality : Kepribadian
-Aparance : Penampilan
-Consideration : Memahami sudut pandang lain dalam berfikir selama berbicara.
- Etika Bisnis Dalam Penggunaan Hak Milik Intelektual :
- Hak Cipta: Pencipta / penerima hak untuk mengumumkan ciptaannya.
- Hak Paten: Negara ; penemuan teknologi
- Hak Merek: Tanda , gambar, tulisan, pembeda barang & jasa.
Bisnis ; “Business” ; Kegiatan Usaha.
Bisnis ; Kegiatan yang bertujuan mengutamakan keuntungan dengan
memperhitungkan rugi laba, mengutamakan What I Have To Get , Not What I
have To Do.
- Kegiatan Bisnis Di Kelompokan Dalam 3 Bidang :
1.Kegiatan Perdagangan : jual-beli
2.Bisnis dalam arti kegiatan industri
3.Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa.
Mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara
bisnis yang sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan
karena saling menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap
kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di
mana kita tergabung dalam organisasi. Itu berupa senyum — sebagai
apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak menyalah gunakan kedudukan,
kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri, toleran, dan tidak
memotong pembicaraan orang lain.
Dengan kata lain, etiket bisnis itu memelihara suasana yang
menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai, meningkatkan efisiensi
kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan. Berbisnis dengan
etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada
perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak
dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan.
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak
jujur adalah tidak bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang
tidak berlaku jujur dengan pegawainya, pelanggan, kreditur, pemegang
usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak etis dan
tidak bermoral.
Intinya adalah bagaimana kita mengontrol diri kita sendiri untuk
dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan toleransi.
Dengan kata lain, etika bisnis untuk mengontrol bisnis agar tidak tamak.
Bahwa itu bukan bagianku. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin
diperlakukan.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia
bisnis. Untuk meraih keuntungan, masih banyak perusahaan yang melakukan
berbagai pelanggaran moral.
Praktik curang ini bukan hanya merugikan perusahaan lain, melainkan
juga masyarakat dan negara. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
tumbuh subur di banyak perusahaan.
Ketika ekonomi Indonesia tumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir,
banyak pendatang baru di bisnis. Ada pedagang yang menjadi bankir.
Banyak juga pengusaha yang sangat ekspansif di luar kemampuan. Mereka
berlomba membangun usaha konglomerasi yang keluar dari bisnis intinya
tanpa disertai manajemen organisasi yang baik. Akibatnya, pada saat
ekonomi sulit banyak perusahaan yang bangkrut.
Pelanggaran etik bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya
untuk menegakan etik perlu digalakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu
berbuat curang untuk meraih kemenangan. Hubungan yang tidak transparan
dapat menimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang
untuk korupsi.
Banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran, terutama
dalam kinerja keuangan perusahaan karena tidak lagi membudayakan etika
bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Sementara itu
hampir 61.9% dari 21 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
BEJ tidak lengkap menyampaikan laporan keuangannya (
not avaliable).
Tingkat perhatian perusahaan terhadap perilaku etis juga sangat menentukan karena dalam jangka panjang bila perusahaan tidak
concern terhadap perilaku etis maka kelangsungan hidupnya akan terganggu dan akan berdampak pula pada kinerja keuangannya.
Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari
keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis. Segala
kompetensi, keterampilan, keahlian, potensi, dan modal lainnya
ditujukan sepenuhnya untuk memenangkan kompetisi.
”Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia
merupakan fenomena yang sudah sering terjadi. Contoh terakhir adalah
pada kasus Ajinomoto. Kehalalan Ajinomoto dipersoalkan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa
pengembangan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu (
molase), mengandung
bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap biokatalisator
porcine yang berasal dari pankreas babi,”.
Kasus lainnya, terjadi pada produk minuman berenergi Kratingdeng yang
sebagian produknya diduga mengandung nikotin lebih dari batas yang
diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman. ”Oleh karena itu
perilaku etis perlu dibudayakan melalui proses internalisasi budaya
secara
top down agar perusahaan tetap
survive dan dapat meningkatkan kinerja keuangannya,”.
Pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap orientasi
strategik secara simultan sebesar 65%. Secara parsial pengaruh budaya
organisasi dan orientasi etika terhadap orientasi strategik
masing-masing sebesar 26,01% dan 32,49%. Hal ini mengindikasikan bahwa
komninasi penerapan etika dan budaya dapat meningkatkan pengaruh
terhadap orientasi strategik. ”Hendaknya perusahaan membudayakan etika
bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin baik. Salah satu
persyaratan bagi penerapan orientasi strategik yang inovatif, proaktif,
dan berani dalam mengambil risiko adalah budaya perusahaan yang
mendukung,”.
Dari mana upaya penegakkan etika bisnis dimulai? Etika bisnis paling
gampang diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai
langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu,
etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan
seyogyanya bisa memisahkan perusahaan dengan milik sendiri. Dalam
operasinya, perusahaan mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata
cara undang-undang.
Etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan dan sangsi. Kalau
semua tingkah laku salah dibiarkan, lama kelamaan akan menjadi
kebiasaan. Repotnya, norma yang salah ini akan menjadi budaya. Oleh
karena itu bila ada yang melanggar aturan diberikan sangsi untuk memberi
pelajaran kepada yang bersangkutan.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi antara lain:
- Penegakkan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah
lakunya. Individu yang mempunyai kesalahan jangan bersembunyi di balik
institusi. Untuk menyatakan kebenaran kadang dianggap melawan arus,
tetapi sekarang harus ada keberanian baru untuk menyatakan pendapat.
- Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas. Bukan berdasarkan kedekatan dengan atasan, melainkan kinerja.
- Pengelolaan sumber daya manusia harus baik.
- Visi dan misi perusahaan jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi.
Etika bisnis, selanjutnya disingkat EB, merupakan etika khusus
(terapan) yang pada awalnya berkembang di Amerika Serikat. Sebagai
cabang filsafat terapan, etika bisnis menyoroti segi-segi moral perilaku
manusia yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan manajemen. Oleh
karena itu, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk merumuskan
dan menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang hubungan ekonomi antar
manusia. Secara terperinci, Richard T.de George menyebut bahwa etika
bisnis menyangkut empat kegiatan sebagai berikut:
- Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan
prinsi-prinsip etika bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah
suatu keputusan atau tindakan yang diambil dalam dunia bisnis secara
moral dapat dibenarkan atau tidak. Dengan demikian etik bisnis membantu
pra pelaku bisnis untuk mencari cara guna mencegah tindakan yang dinilai
tidak etis.
- Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika
pada dunia bisnis, tetapi juga metaetika. Dalam hubungan ini, etika
bisnis mengkaji apakah perilaku yang dinilai etis pada individu juga
dapat berlaku pada organisais atau perusahaan bisnis. Selanjutnya etika
bisnis menyoroti apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau
tidak.
- Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan – pandangan mengenai
bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem ekonomi
pada umumnya dan sistem ekonomi publik pada khususnya, misalnya masalah
keadilan sosial, hak milik, dan persaingan.
- Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti
operasi perusahaan multinasional, jaringan konglomerat internasional,
dan lain- lain.
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku
bisnis untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey
business atau dirty business. Etika bisnis mengajak para pelaku bisnis
mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu
pantas dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis
dalam dunia bisnis. Hal ini sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis
sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat. Kegiatan bisnis
mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta tanggungjawab
etis bagi pelakunya.
Etika Bisnis adalah seni dan disiplin dalam menerapkan
prinsip-prinsip etika untuk mengkaji dan memecahkan masalah-masalah
moral yang kompleks. (Weis) .
Etika Bisnis merupakan studi mengenai bagaimana norma moral personal
diaplikasikan ke dalam aktivitas dan tujuan perusahaan (Laura Nash).
- Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat penting dan relevansi etika bisnis ada baiknya jika
kita tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis itu.
Ada tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika bisnis di sini, yaitu:
- Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip,
kondisi, dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan
etis. Dengan kata lain, etika bisnis pertama-tama bertujuan untuk
menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara baik dan
etis.
- Menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh, atau karyawan dan
masyarakatluas pemilik aset umum semacam lingkungan hidup, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa
pun juga. Pada tingkat ini, etika bisnis berfungsi untuk menggugah
masyarakat untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis
secara baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut.
Etik bisnis mengajak masyarakat luas, entah sebagai kartawan, konsumen,
atau pemakai aset umum lainnya yan gberkaitan dengan kegiatan bisnis,
untuk sadar dan berjuang menuntut haknya atau paling kurang agar hak dan
kepentingannya tidak dirugikan oleh kegiatan bisnis pihak mana pun.
- Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika
bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barang kali lebih tepat
disebut etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam ini, etika bisnis
berbicara mengenai monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktek-praktek
semacamnya yang akan sangatmempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu
ekonomi melainkan juga baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara.
- Tingkatan Etika Bisnis
Weiss (1995:9) mengutip pendapat Carroll( 1989) membahas lima
tingkatan etika bisnis, yaitu individual, organisasional, asosiasi,
masyarakat, dan internasional.
- Tingkat individual, menyangkut apakah seseorang akan berbohong
mengenai rekening pengeluaran, mengatakan rekan sejawat sedang sakit
karena tidak ada di tempat kerja, menerima suap, mengikuti saran teman
sekerja sekalipun melampaui perintah atasan. Jika masalah etis hanya
terbatas pada tanggung jawab individual, maka seseorang harus memeriksa
motif dan standar etikanya sebelum mengambil keputusan.
- Tingkat organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau
kelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang
dilakukan oleh sejawat demi kepentingan keharmonisan perusahaan atau
jika seorang karyawan disuruh melakukan perbuatan yang tidak sah demi
keuntungan unit kerjanya.
- Tingkat asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan
manajer harus melihat anggaran dasar atau kode etik organisasi
profresinya sebagai pedoman sebelum ia memberikan saran pada kliennya.
- Tingkat masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan
perbuatan yang dapat diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti
berlaku sama di semua negara. Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi
dengan orang atu badan yang dapat dipercaya sebelum melakukan kegiatan
bisnis di negara lain.
- Tingkat internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk
dipecahkan karena faktor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut
berperan. Oleh karena itu, konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu
dipahami dengan baik sebelum seesorang mengambil keputusan.
Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Keraf (1994:71-75) menyebutkan terdapat lima prinsip etika bisnis yaitu:
- Prinsip Otonomi. Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk
bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom
mengandaikan adanya kebebasan mengambil keputusan dan bertindak menurut
keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam
dunia bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan
masyarakat.
- Prinsip Kejujuran. Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan
syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang
ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling
problematik karena masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.
- Prinsip Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik. Prinsip ini
mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau
menguntungkan orang lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita
minimal tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain atau mitra
bisnis.
- Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang
menjadi hak seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi
yang sama nilainya.
- Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri. Prinsip ini mengarahkan agar kita
memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak
akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.
Relativitas Moral Dalam Bisnis Menurut De George, ada tiga pandangan
umum yang dianut. Pandangan pertama adalah norma etis berbeda antara 1
tempat dengan tempat lainnya. Artinya perusahaan harus mengikuti norma
dan aturan moral yang berlaku di negara tempat perusahaan tersebut
beroperasi. Yang menjadi persoalan adalah anggapan bahwa tidak ada nilai
dan norma moral yang bersifat universal yang berlaku di semua negara
dan masyarakat, bahwa nilai dan norma moral yang berlaku di suatu negara
berbeda dengan yang berlaku di negara lain. Oleh karena itu, menurut
pandangan ini norma dan nilai moral bersifat relatif. Ini tidak benar,
karena bagaimanapun mencuri, merampas, dan menipu dimanapun juga akan
dikecam dan dianggap tidak etis.
Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling
benar dalam arti tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa
pada dasarnya norma dan nilai moral berlaku universal, dan karena itu
apa yang dianggap benar di negara sendiri harus diberlakukan juga di
negara lain (karena anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti
berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa
moralitas menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai manusia,
oleh karena itu sejauh manusia adalah manusia, dimanapun dia berada
prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.
Pandangan ketiga adalah immoralis naif. Pandangan ini menyebutkan bahwa tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
- Kendala-kendala Etika Bisnis
Kendala-kendala Pelaksanaan Etika Bisnis Pelaksanaan prinsip-prinsip
etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah dan
kendala. Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
- Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di
antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan
etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual
barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
- Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik
kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai
pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan
yang hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya
dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan
lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi
akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
- Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh
oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik,
yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya
memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna
keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
- Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah
di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di
pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku
bisnis menegakkan norma-norma etika.
- Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan
kode etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta
asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan
dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen. Di Amerika Serikat
terdapat sebuah badan independen yang berfungsi sebagai badan register
akreditasi perusahaan, yaitu American Society for Quality Control (ASQC)
Tujuan Bisnis
Antara Keuntungan dan Etika Tujuan utama bisnis adalah mengejar
keuntungan. Keuntungan adalah hal yang pokok bagi kelangsungan bisnis,
walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya, sebagaimana dianut
pandangan bisnis yang ideal. Dari sudut pandang etika, keuntungan
bukanlah hal yang buruk. Bahkan secara moral keuntungan merupakan hal
yang baik dan diterima. Karena : Keuntungan memungkinkan perusahaan
bertahan dalam usaha bisnisnya.
Tanpa memeperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia
menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas
ekonomi yang produktif demi memacu pertumbuhan ekonomi yang menjamin
kemakmuran nasional.
Keuntungan memungkinkan perusahaan tidak hanya bertahan melainkan
juga dapat menghidupi karyawan-karyawannya bahkan pada tingkat dan taraf
hidup yang lebih baik.
Ada beberapa argumen yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa
justru demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat
relevan, dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam bisnis`dewasa
ini.
Pertama, dalam bisnis modern dewasa ini, para pelaku bisnis dituntut
menjadi orang-orang profesional di bidangnya. Kedua dalam persaingan
bisnis yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen
adalah benar-benar raja. Karena itu hal yang paling pokok untuk bisa
untung dan bertahan dalam pasar penuh persaingan adalah sejauh mana
suatu perusahaan bisa merebut dan mempertahankan kepercayaan konsumen.
Ketiga, dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat
netral tak berpihak tetapi efektif menjaga agar kepentingan dan hak
semua pemerintah dijamin, para pelaku bisnis berusaha sebisa mungkin
untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang baginya akan sangat
merugikan kelangsungan bisnisnya. Slaah satu cara yang paling efektif
adalah dengan menjalankan bisnisnya bisnisnya secara secara baik dan
etis yaitu dengan menjalankan bisnis sedemikian rupa tanpa secara
sengaja merugikan hak dan kepentinga semua pihak yang terkait dengan
bisnisnya.
Keempat, perusahaan-perusahaan modern juga semakin menyadari bahwa
karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk eksploitasi demi mengeruk
keuntunga yang sebesar-besarnya. Justru sebaliknya, karyawan semakin
dianggap sebagai subjek utama dari bisnis suatu perusahaan yang sangat
menentukan berhasil tidaknya, bertahan tidaknya perusahaan tersebut.
Bismis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika.
Dengan kata lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis
memang relevan untuk dibicarakan. Argumen mengenai keterkaitan antara
tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika memperlihatkan bahwa
dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang menjalankan
bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak
dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil
dan bertahan dalam kegiatan bisnisnya.
- Mitos Bisnis Amoral
Pro dan Kontra Etika dalam Bisnis Mitos bisnis amoral. Bisnis adalah
bisnis. Bisnis jangan dicampuradukkan dengan etika. Para pelaku bisnis
adalah orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya
berlaku dalam dunia pribadi mereka, begitu mereka terjun dalam dunia
bisnis mereka akan masuk dalam permainan yang mempunyai kode etik
tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah yang
diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik
bisnis berlaku begitu umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap
semacam norma dan banyak orang yang akan merasa harus menyesuaikan diri
dengan norma itu. Dengan demikian, norma bisnis berbeda dari norma moral
masyarakat pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat
diberlakukan untuk bisnis dimana “sikap rakus adalah baik” (Ketut
Rindjin, 2004:65).
Belakangan pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari
tokoh etika Amerika Serikat, Richard T.de George. Ia mengemukakan
alasan alasan tentang keniscayaan etika bisnis sebagai berikut.
Pertama, bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam
bisnis memang dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun
yang dipertaruhkan bukan hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan
seperti nama bai kpengusaha, nasib karyawan, termasuk nasib-nasib orang
lain pada umumnya.
Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan
menyangkut kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis
mensyaratkan etika, disamping hukum positif sebagai acuan standar dlaam
pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.
Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis
yang berhasil adalah memperhatikan norma-norma moral masyarakat,
sehingga ia memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas produ atau jasa
yang dibuatnya.
Alasan Meningkatnya Perhatian Dunia Usaha Terhadap Etika Bisnis
- Krisis publik tentang kepercayaan
- Kepedulian terhadap kualitas kehidupan kerja
- Hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
- Kekuatan kelompok pemerhati khusus
- Peran media dan publisitas
- Perubahan format organisasi dan etika perusahaan
Perubahan nilai-nilai masyarakat dan tuntutan terhadap dunia bisnis
mengakibatkan adanya kebutuhan yang makin meningkat terhadap standar
etika sebagai bagian dari kebijakan bisnis.
- Alokasi Sumber Daya Ekonomi
Mengingat sumber daya ekonomi bersifat langka, pengalokasiannya harus memberi manfaat bagi manusia.
- Sumber daya alam
Ada dua jenis sumber daya alam, yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya
alam dapat diperbarui tidak akan habis selama masih bisa
dikembangbiakkan. Contohnya tumbuhan dan hewan. Sementara itu, sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui terbentuk melalui proses alam
selama jutaan tahun sehingga tidak dapat diperbarui oleh manusia.
Contohnya bahan tambang dan minyak bumi.
Semua kekayaan alam yang tersedia tersebut harus dimanfaatkan dan
dikelola dengan baik sehingga memberi manfaat besar bagi kemakmuran
rakyat. Misalnya tanah dapat dimanfaatkan untuk mendirikan bangunan,
lahan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perumahan. Cadangan mineral
seperti emas dan besi digunakan sebagai bahan baku industri. Batu bara
dan minyak bumi dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar.
Oleh karena sebagian sumber daya alam sifatnya tidak dapat
diperbarui, harus dimanfaatkan secara hemat dan efisien. Jika tidak,
bukan tidak mungkin akan terkuras dan akhirnya habis. Kelak, generasi
selanjutnya tidak lagi bisa menikmati kekayaan alam tersebut.
b. Sumber daya modal
Sumber daya modal atau kapital memberi kontribusi bagi kegiatan
produksi maupun pendukung sarana sosial dan ekonomi. Uang, mesin,
peralatan industri, gedung, kendaraan, jalan raya, dan jembatan
merupakan contoh modal. Modal ini digunakan untuk meningkatkan produksi
dan pembangunan ekonomi.
Pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya modal tersebut harus
dilakukan secara merata dan efisien. Selain itu, sumber daya modal juga
harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Salah satu caranya dengan merawat
agar tahan lama.
- Sumber daya manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses produksi
dan pembangunan. Hal tersebut karena manusia itu sendiri adalah
pelaksana utama dalam seluruh proses pembangunan maupun produksi. Dalam
proses produksi ada dua unsur dari sumber daya manusia, yaitu tenaga
kerja dan kewirausahaan.
Sumber daya manusia memanfaatkan kekuatan fisik, keahlian, dan
kepribadian manusia. Kekuatan fisik manusia tercermin dari kesehatan dan
kemampuan fisiknya. Manusia yang sehat dan kuat tentu dapat bekerja dan
belajar dengan baik. Selain fisik yang sehat dan kuat, keahlian yang
dimiliki seseorang juga menentukan kualitas sumber daya manusia.
Sementara itu, kepribadian ditentukan oleh sikap jujur dan keadilan
seseorang.
sumber : https://ismayanugraha12.wordpress.com/2015/11/16/pengertian-budaya-organisasi-dan-perusahaan-hubungan-budaya-dan-etika-kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis-etis/